Halaman

    Social Items

loading...
loading...
Pernikahan memiliki kedudukan yang sangat penting dan sakral di dalam Islam. Tidak main-main. Di dalam Al-Qur’an, kesepakatan nikah disebut sebagai sebuah perjanjian yang kuat dan kukuh (mitsaqan ghalizha). Sebuah istilah yang hanya disebut Allah tiga kali dalam Al-Qur’an;  Surah An-Nisa ayat 21 (perjanjian suami dan istri atau pernikahan), Surah An-Nisa ayat 154 (perjanjian Allah dengan umat-Nya soal anutan agama), dan Surah Al-Ahzab ayat 7 (perjanjian Allah dengan para nabi).

Tidak lain, penggunaan ungkapan mitsaqan ghalizha yaitu untuk menunjukkan bahwa kesepakatan nikah yaitu sebuah ikatan yang suci. Maka dari itu, pasangan suami istri harus menjunjung tinggi ikatan tersebut, serta teguh mempertahankan dan menjaganya. 

Pernikahan yaitu pertemuan dua individu dengan latar belakang, karakter, dan budaya yang berbeda. Maka tidak heran bila di tengah perjalanan mengarungi biduk rumah tangga, terjadi perselisihan antara suami dan istri alasannya ialah yaitu sejatinya mereka memang ‘berbeda’. 

Tujuan kesepakatan nikah bukanlah untuk merubah salah satu menjadi menyerupai yang lainnya. Akan tetapi, masing-masing dituntut untuk mampu memahami dan mendapat perbedaan yang ada diantara keduanya sehingga kebahagiaan dan ketentraman mampu terwujud.
Dalam kesepakatan nikah Sayyidina Ali bin Abu Thalib dengan Sayyidah Fatimah Az-Zahra, Rasulullah saw. telah mengatakan tuntunan, pandangan, dan wejangan mengenai pernikahan. Setidaknya ada tiga poin yang disampaikan Rasulullah saw. pada kesempatan tersebut. 

Pertama, kesepakatan nikah yaitu kuasa Allah. Semua yang ada di jagat raya ini tidak mampu lepas dari kekuasaan dan ketetapan Allah, termasuk pernikahan. Dalam hal pernikahan, Allah telah menetapkan sebuah sistem. Apakah sebuah kesepakatan nikah akan langgeng atau gagal. Jika pasangan suami istri mengikuti sistem yang telah ditetapkan-Nya, maka kesepakatan nikah mereka mampu langgeng dan bahagia. Begitu pun sebaliknya. 

الذي خلق الخلق بقدرته، ونيرهم بأحكامه

“Dialah yang menciptakan makhluk dengan kekuasan-Nya. Dialah yang menerangi jalan manusia dengan ketetapan-ketetapan-Nya,” kata Rasulullah saw. dalam kesepakatan nikah Sayyidina Ali bin Abu Thalib dengan Sayyidah Fatimah Az-Zahra, dikutip dari buku Pengantin Al-Qur’an.  



Kedua, sarana memperoleh keturunan. Rasulullah juga menegaskan bahwa kesepakatan nikah yaitu sarana untuk memperoleh keturunan. Dalam satu hadits, Rasulullah menyeru kepada umatnya untuk menikah dengan perempuan yang subur sehingga mampu melahirkan banyak anak. Yang terpenting bukan hanya memperoleh keturunan atau anak yang banyak saja, tapi juga berusaha membentuk generasi yang berkualitas. Yakni generasi yang beriman, bertakwa, dan berilmu.

إن عز وجل جعل المصاهرة نسبا

“Allah yang Maha Tinggi dan Maha Mulia telah menimbulkan perkawinan sebagai sarana perolehan keturunan,” sambung Rasulullah saw. 

Ketiga, mempererat tali kekerabatan. Salah satu rukun nikah dalam Islam yaitu adanya wali, khususnya bagi mempelai perempuan. Dengan demikian, baik secara langsung atau tidak, sebetulnya kesepakatan nikah dalam Islam tidak hanya melibatkan dua individu (mempelai laki-laki dan perempuan) saja, tapi juga keluarga besar dari yang bersangkutan. Setelah ada ikatan pernikahan, biasanya dua keluarga besar memiliki ikatan yang kuat.

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Tiga Pesan Yang Tersirat Akad Nikah Dari Nabi Untuk Sayyidina Ali

Banyak orang berdoa agar Allah swt. memberinya rezeki yang luas sehingga memiliki banyak harta alias menjadi orang kaya; sementara Nabi Muhammad saw. sendiri berdoa agar dihidupkan dan diwafatkan dalam keadaan miskin. Kedua hal yang bertolak belakang ini kadang menimbulkan kebingungan di sebagian kalangan umat Islam sehingga memunculkan pertanyaan sebagaimana judul di atas. 

Doa memohon keluasan rezeki memang ada contohnya, antara lain sebagai berikut: 

اللّهُمَّ إنِّي أَسألُكَ أَنْ تَرْزُقَنِي رِزْقًا حَلَالًا وَاسِعًا طَيِّبًا مِنْ غَيْرِ تَعَبٍ وَلَا مِشْقَةٍ وَلَا ضَيْرٍ وَلَانِصْبٍ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ

“Ya Allah, saya memohon kepada-Mu rezeki yang halal, luas, dan baik tanpa susah payah, tanpa kesulitan, tanpa kerusakan, dan tanpa penderitaan. Seungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Sedangkan doa Rasulullah saw. yang mengharapkan kemiskinan ialah sebagai berikut: 

اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مِسْكِيناً وَأَمِتْنِي مِسْكِيناً وَاحْشُرْنِي فِي زُمْرَةِ الْمَسَاكِيْن

“Ya Allah, hidupkanlah dan matikanlah saya sebagai orang miskin dan kumpulkanlah saya bersama orang-orang miskin.”(HR. At-Tirmidzi) 

Pertanyaan sebagaimana judul di atas sanggup ditemukan jawabannya dalam kitab An-Nafais Al-Uluwiyah fi Masailis Shufiyyah, karya Al-‘Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad, cuilan Anit Tafdhil bainal Faqri wal Ghina, halaman 66, sebagai berikut: 

بسم الله الرحمان الرحيم الحمد لله الذي جعل الفقر زينة لعباده الصالحين و حلية لخاصته المفلحين، وذالك اذا قارنه منهم الرضا والتسليم، والشكر والصبر على ما ابتلاهم به العزيزالعليم

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah menimbulkan kemiskinan sebagai hiasan bagi hamba-Nya yang saleh dan mengkhusukannya bagi hamba-Nya yang beruntung, dengan syarat bahwa ujian kefakiran dari Allah Yang Maha Mulia dan Mengetahui diterimanya dengan ridha, tawakal, syukur dan sabar.”

Jadi, menurut ulama pembaharu asal Hadhramaut kala 11 H tersebut, kefakiran bekerjsama bukan merupakan kehinaan, apalagi azab atau laknat dari Allah swt., tetapi justru suatu hiasan yang indah bagi hamba-Nya yang saleh. Bahkan juga menjadi tanda keberuntungannya dengan catatan ia sanggup mendapatkan kefakiran itu dengan ridha, tawakal, syukur dan sabar.



Namun, jikalau seseorang tidak ridha mendapatkan kefakirannya, bahkan banyak melakukan protes, maka kefakirannya akan menjadi peristiwa alam besar baginya dengan mendapatkan siksa dari Allah swt. Hal ini ibarat dijelaskan lebih lanjut dalam kitab tersebut (halaman 66-67) sebagai berikut: 

فاما اذا قارنه الجزع والضجر والاعتراض على القضاء والقدر فهو من البلاء العظيم, المؤدي الى العذاب المقيم, فالمدح الواقع على الفقر كتابا و سنة, المراد به الفقر المقرون بالصبر والرضا وحسن الادب مع الله تعالى

“Akan tetapi jikalau kefakiran itu diterima dengan gelisah, sedih, dan tidak ridha terhadap qadha dan qadar Allah swt., maka kefakirannya akan beralih menjadi peristiwa yang sanggup menyeretnya kepada siksa Allah swt. Sedangkan menurut Al-Qur’an dan Sunnah, orang fakir yang terpuji ialah yang sanggup menerimanya dengan sabar, ridha, dan watak yang baik kepada Alllah swt.” 

Jadi, bagi orang miskin yang tidak ridha terhadap ketetapan dan takdir Allah swt., maka kefakirannya akan menjauhkan orang tersebut dari Allah swt. lantaran ialah tidak sanggup bersikap sabar atas ujian dari-Nya dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Dalam hal ibarat ini, menjadi orang miskin bukan sebuah keutamaan baginya sehingga ia harus berjuang melawan kefakirannya agar menjadi orang sanggup yang bersyukur. 

Kesimpulannya, menjadi orang miskin sanggup lebih utama daripada menjadi orang kaya dengan syarat kemiskinannya sanggup mendorongnya mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan kesabaran, keridhaan, tawakal, dan selalu bersyukur kepada Allah swt. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka menjadi orang kaya akan lebih utama dengan syarat kekayaannya sanggup mendorongnya mendekatkan diri kepada Allah swt. dengan jalan syukur dan ketakwaan kepada-Nya. Jadi, masalahnya ialah tergantung pada mana yang lebih efektif mendorong mendekatkan diri kepada Allah swt.

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Mana Yang Lebih Utama, Orang Miskin Atau Kaya?

Gempa Lombok usai, kini Palu, Donggala, dan Sigi dirundung duka dengan gempa yang begitu dahsyat. Perumahan warga tergusur oleh tsunami yang menerjang, bangunan banyak yang runtuh. Juga adanya Likuifaksi atau tanah bergerak yang menenggelamkan ratusan orang, bangunan, kawasan ibadah dan lain-lain dalam satu desa. Di antara mereka ada yang meninggal alasannya yaitu tenggelam, tertimpa bangunan, terkubur dalam tanah, hingga terseret air laut.

Segala usaha kita kerahkan, dari pinjaman hingga relawan kemanusiaan. Ya, kita harus yakin bahwasannya para korban itu yaitu syahid. Bukan tanpa dalil, akan tetapi Nabi Muhammad saw. serta para ulama terdahulu sudah menjelaskan perihal demikian.

Dalam kitab Sahih Muslim terdapat hadits Nabi yang berbunyi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ؟ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، قَالَ: إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ، قَالُوا: فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، قَالَ ابْنُ مِقْسَمٍ: أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ: وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “RasululLah saw. bersabda: "Apa yang dimaksud orang yang mati syahid di antara kalian?” Para teman menjawab, “Wahai Rasulullah, orang yang meninggal di jalan Allah itulah orang yang mati syahid.” Beliau bersabda: “Kalau begitu, sedikit sekali jumlah umatku yang mati syahid.” Para teman berkata, “Lantas siapakah mereka wahai RasululLah?” Beliau bersabda: “Barangsiapa terbunuh di jalan Allah, maka dialah syahid, dan siapa yang mati di jalan Allah juga syahid, siapa yang mati karena penyakit kolera juga syahid, siapa yang mati karena sakit perut juga syahid.” Ibnu Miqsam berkata, “Saya bersaksi atas ayahmu mengenai hadits ini, bahwa Nabi juga bersabda, “Orang yang meninggal karena tenggelam juga syahid.” (HR. Muslim)

Sepintas hadits di atas sudah menyimpulkan bersama-sama orang yang tenggelam pun termasuk mati syahid di sisi Allah swt. Dalam hadits lain yang terdapat dalam kitab Sunan an-Nasa`i disebutkan:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَيْهِ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ، وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ؟ قَالُوا: الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْهَدَمِ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرَقِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدَةٌ "

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mengatakan pahala kepadanya sesuai niatnya, apa yang kalian ketahui perihal mati syahid?” Mereka berkata, “Berperang di jalan Allah Azza wa Jalla,” Rasulullah saw. bersabda: “Mati syahid ada tujuh macam selain berperang di jalan Allah Azza wa Jalla; Orang yang meninggal karena penyakit tha’un (wabah pes) yaitu syahid, orang yang meninggal karena sakit perut yaitu syahid, orang yang meninggal tenggelam yaitu syahid, orang yang meninggal tertimpa benda keras yaitu syahid, orang yang meninggal karena penyakit pleuritis yaitu syahid, orang yang mati terbakar yaitu syahid dan seorang wanita yang mati karena hamil yaitu syahid.” (HR. An-Nasa`i)

Dari kedua hadits di atas, kita mampu memahami bahwa korban petaka seperti; gempa, tsunami dan likuifaksi yaitu syahid. Perlu diketahui pula, mengenai duduk perkara mati syahid, para fuqaha membagi syahid menjadi tiga. Pertama, syahid dunia dan akhirat. Kedua, syahid akhirat. Ketiga, syahid dunia. Adapun dalam duduk perkara di atas, maka masuknya kepada syahid akhirat.
Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan dalam kitabnya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu:

شهيد في حكم الآخرة فقط: كالمقتول ظلماً من غير قتال، والمبطون إذا مات بالبطن، والمطعون إذا مات بالطاعون، والغريق إذا مات بالغرق، والغريب إذا مات بالغربة، وطالب العلم إذا مات على طلبه، أو مات عشقاً أو بالطلق أو بدار الحرب أو نحو ذلك

“Syahid alam infinit saja yaitu menyerupai orang yang meninggal teraniaya tanpa adanya peperangan, meninggal final sakit perut, wabah penyakit, tenggelam, meninggal alasannya yaitu berkelana, meninggal dikala mencari ilmu, menahan cinta (karena Allah), tercerai, berada di kawasan musuh dan sebagainya. (Syekh Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Dar el Fikr, Damaskus, Suriah, juz 2, halaman 699-700)



Syekh Nawawi al-Bantani membuktikan juga dalam kitab Nihayatuz Zain:

أما الشَّهِيد فَهُوَ ثَلَاثَة أَقسَام لِأَنَّهُ إِمَّا شَهِيد الْآخِرَة فَقَط فَهُوَ كَغَيْر الشَّهِيد وَذَلِكَ كالمبطون وَهُوَ من قَتله بَطْنه بالاستسقاء أَي اجْتِمَاع مَاء أصفر فِيهِ أَو بالإسهال والغريق وَإِن عصي فِي الْغَرق بِنَحْوِ شرب خمر دون الغريق بسير سفينة فِي وَقت هيجان الرّيح فَإِنَّهُ لَيْسَ بِشَهِيد الخ

“Syahid itu terbagi menjadi tiga, adakalanya syahid alam infinit saja, maka ia menyerupai orang yang tidak syahid. Yang demikian menyerupai orang yang sakit perut, yaitu orang yang mati karena sakit perut, baik berupa busung air (perutnya dipenuhi cairan kuning) atau alasannya yaitu diare, dan orang yang tenggelam, meskipun tenggelamnya disebabkan maksiat, dengan meminum miras misalnya, bukan orang yang tenggelam disebabkan naik perahu di dikala angin ribut, orang yang tenggelam dengan cara menyerupai ini bukan termasuk syahid (sebab ada unsur bunuh diri) dst. (Syekh Nawawi al-Bantani, Nihâyatuz Zain fii Irsyad al-Mubtadiîn, Dar el Fikr, Beirut, cetakan pertama, juz 1, halaman 161)

Syekh Abu Bakar Syatha’ Ad-Dimyathi juga menjelaskan bahwa orang yang tenggelam dan orang yang tertimpa bangunan termasuk syahid akhirat. Beliau menyebutkan macam-macam orang yang dikategorikan syahid akhirat, diantarany, sebagaimana disebutkan:

والميت غريقا وإن عصى بركوب البحر، والميت هديما

“Orang yang meninggal karena tenggelam, meski ia dalam keaadaan maksiat, dan orang yang meninggal karena tertimpa sesuatu.” (Syekh Abu Bakar Syatha’ Ad-Dimyathi, I’ânatu ath-Thalibin ‘ala Halli al’Fâdzi Fathul Mu’în bi Syarh Qurrati al-‘Ain bi Muhimmati ad-Dîn, Dar el-Fikr, juz 2, halaman 124)

Demikian penjelasan mengenai kesyahidan korban gempa bumi yang mengakibatkan tsunami dan likuifaksi. Semoga kita dan keluarga selalu diberi keselamatan dan ampunan dari Allah swt. Juga supaya kita dihindari dari menghukumi suatu kaum dengan cap yang buruk, apa pun itu. Karena kita tidak mengetahui hakikat suatu petaka yang menimpa mereka. 

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Korban Peristiwa Alam Dihukumi Syahid Oleh Nabi

Tidak diragukan bahwa membaca shalawat merupakan ibadah yang istimewa dan memiliki banyak keutamaan dan manfaat, baik bagi pembacanya, orang lain maupun bagi orang yang dimaksudkan pembacaannya. Salah satu kisah tentang fadlilah atau keutamaan shalawat yaitu apa yang diceritakan oleh Syekh Yusuf bin Ismail An-Nabhani di dalam kitab Afdlalus Shalawat ‘ala Sayyidis Sadat.

An-Nabhani mengisahkan bahwa Al-Hafidh As-Sakhawi pernah bertutur:

Seorang ibu datang menghadap kepada Syekh Hasan Al-Bashri. Kepada sang alim itu si ibu bercerita tentang anak perempuannya yang telah meninggal dunia beberapa hari sebelumnya.

“Saya ingin bermimpi melihatnya, Syekh,” katanya kemudian.

Melihat keinginan sang ibu yang begitu kuat Syekh Hasan Al-Bashri kemudian memberi beberapa amalan untuk dilakukan.

“Setelah shalat Isya lakukanlah shalat sunnah empat rakaat. Di setiap rakaatnya bacalah surah al-Fatihah dan at-Takatsur sekali. Setelah itu tidurlah dengan posisi miring sambil membaca shalawat kepada Nabi hingga dengan engkau tertidur.”

Maka, sang ibu mengamalkan apa yang diajarkan oleh Syekh Hasan Al-Bashri. Di dalam tidurnya, ia bermimpi melihat anak perempuannya dalam keadaan disiksa. Ia memakai pakaian dari api, kedua tangannya dibelenggu dan kedua kakinya diikat dengan rantai api. 

Ketika terbangun dari tidurnya, sang ibu segera menemui Syekh Hasan Al-Bashri dan menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi. Mendengar kisah dari sang ibu, ia memberi saran untuk bersedekah dengan cita-cita Allah berkenan mengampuni anak perempuannya.



Pada malam harinya Syekh Hasan Al-Bashri bermimpi seperti berada di pertamanan surga. Di sana ada sebuah kasur yang terbentang. Di atasnya ada seorang perempuan berwajah anggun dengan mahkota cahaya bertanggar di kepalanya.

Kepada Syekh Hasan Al-Bashri, perempuan itu berkata, “Ya Hasan, kau mengenaliku?”

“Tidak,” jawab Syekh Hasan

Perempuan itu mengatakan, “Aku yaitu anak perempuan dari seorang ibu yang engkau perintahkan untuk membaca shalawat.”

Syekh Hasan Al-Bashri menyerupai tak percaya. “Ibumu itu menceritakan tentang dirimu bukan dengan keadaan menyerupai ini,” katanya.

“Apa yang disampaikan ibuku itu memang benar adanya,” timpal perempuan itu.

“Lalu apa yang menjadikanmu mendapat kemuliaan menyerupai ini?” tanya Syekh Hasan

“Kami ada tujuh puluh ribu jiwa yang sedang mengalami siksaan sebagaimana diceritakan ibuku kepadamu. Satu hari seorang yang saleh lewat di pemakaman kami sambil membaca shalawat Nabi sekali dan menghadiahkan pahalanya untuk kami. Allah mendapat shalawat yang dibacanya itu dan membebaskan kami semua dari siksaan, alasannya yaitu yaitu berkah dari laki-laki saleh tersebut. Kini sampailah saya pada derajat sebagaimana yang engkau lihat ini.”

Bila tujuh puluh ribu jago kubur mampu diselamatkan dari siksaan hanya dengan satu kali shalawat saja, maka bagaimana dengan orang yang membacanya?

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kisah Shalawat Nabi Sanggup Menghentikan Siksa Kubur

Mengakui kesalahan diri ialah salah satu sikap yang paling berat untuk dilakukan. Terlebih bila yang melakukan kesalahan tersebut ialah orang yang memiliki kedudukan atau jabatan tinggi, atau merupakan tokoh besar. Tentu mereka enggan mengakui kekhilafan diri. Bahkan, tidak sedikit yang mencari kambing hitam atas kesalahan yang diperbuatnya. 

Hanya orang besar dan yang berlapang dadalah yang berani mengakui kesalahan diri atau kekhilafannya. Mengapa demikian? Karena setiap orang memiliki hasrat untuk dianggap penting dan ahli oleh orang lain. Oleh sebab ialah itu, mereka beranggapan bahwa dengan mengakui kesalahan diri, maka harkat dan martabat mereka akan menurun. Tentu ini akan merugikan citra mereka. 

Padahal sebetulnya, berani mengakui kesalahan diri ialah sikap yang gentle. Ia berani mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya. Bukan malah menyembunyikan, atau mengelaknya. 

Terkait sikap berani mengakui kesalahan diri, kita sanggup mencar ilmu dari Rasulullah. Seorang yang memiliki kedudukan paling agung di dunia. Nabi dan Rasul terakhir. Seseorang yang paling dicintai Allah, Tuhan sekalian alam. Dan seseorang yang paling banyak diikuti dan dicintai oleh umat manusia. Meski memiliki kedudukan yang begitu tinggi, Rasulullah selalu mengakui kekhilafan yang diperbuat.

Salah satu kisah datang dari sebuah hadits yang diriwayatkan An-Nasa’i dan Abu Dawud dari Abu Said bin Jubair. Dalam hadits tersebut diceritakan bahwa  suatu saat Rasulullah sedang membagi-bagikan sesuatu kepada para sahabatnya. Nahasnya, pada kesempatan itu ada salah seorang sobat yang jatuh dan mengenai pelepah kurma yang dibawa Rasulullah hingga menjerit kesakitan. 

Melihat insiden itu, Rasulullah eksklusif memanggil sobat tersebut. Bukan menyuruhnya untuk tutup mulut, Rasulullah malah meminta sobat tersebut untuk membalasnya. Yakni, menusuk perut Rasulullah dengan pelepah kurma juga sebagai bentuk sikap berani mengakui kekhilafan. Tentu saja, sobat tersebut eksklusif menolak undangan tersebut. Ia mengaku sudah memaafkan apa yang dilakukan Rasulullah itu.

Kisah lain ihwal Rasulullah yang berani mengakui kesalahan diri datang dari Ibnu Umar. Dikutip buku Love, Peace, dan Respect: 30 Teladan Nabi dalam Pergaulan, diceritakan bahwa suatu dikala Rasulullah sedang mengimami shalat. Pada dikala membaca suatu surah –setelah membaca Fatihah- Rasulullah tiba-tiba lupa dan ragu untuk membaca saluran sebuah ayat dalam surah tersebut.

Setelah shalat, Rasulullah menghampiri Umar bin Khattab yang menjadi salah satu makmumnya. Kepada Umar bin Khattab, Rasulullah bertanya ihwal apakah ayat yang dibacanya di dalam shalat ada yang keliru. Umar bin Khattab mengiyakan. Rasulullah salah dalam membaca ayat tersebut. 

“Aku lupa, mengapa kamu tidak mengingatkan,” kata Rasulullah kepada Umar bin Khattab dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud.



Selain itu, ada kisah ihwal bagaimana Rasulullah mengakui kesalahan diri yang begitu menyentuh. Dikutip dari buku Kisah Teladan Rasulullah Menghadirkan Jiwa Muraqabah Lewat Puasa, pada dikala Rasulullah jatuh sakit –beberapa hari sebelum wafat- ia meminta para sobat untuk membawanya ke masjid. Usai didudukkan di mimbar, Rasulullah meminta Bilal untuk memanggil semua sahabatnya agar datang ke masjid.

Pada dikala itu, Rasulullah memperlihatkan banyak hal. Mulai dari nasihat, petuah, hingga pertanyaan kepada para sahabatnya. Rasulullah bertanya apakah dirinya memiliki hutang kepada para sahabatnya. Awalnya, para sobat menjawab bahwa Rasulullah tidak memiliki hutang sama sekali kepada para sahabat, bahkan sebaliknya. 

Akan tetapi, tiba-tiba ada seorang sobat yang mengacungkan tangan. Akasyah namanya. Ia mengaku jikalau Rasulullah memiliki ‘masalah’ dengannya. Apakah itu disebut hutang atau tidak, ia tidak tahu. Namun yang pasti, Akasyah meminta Rasulullah untuk merampungkan ‘masalahnya’ itu. 

Akasyah kemudian bercerita, dulu pada dikala perang Uhud, Rasulullah mengayunkan cemeti ke belakang kudanya. Akan tetapi, Akasyah menyebutkan jikalau ayunan cemeti Rasulullah tersebut mengenai dadanya, bukan belakang kuda Rasulullah. Setelah mendengar kisah Akasyah, Rasulullah mengakui jikalau itu ialah kekhilafannya. Rasulullah pun meminta Akasyah untuk melakukan hal yang sama; memukul dada Rasulullah dengan cemeti. Singkat cerita, Akasyah tidak jadi memukul Rasulullah. Ia malah memeluk tubuh Rasulullah dengan erat. 

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kisah Rasulullah Berani Mengakui Kesalahan

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari tanggapan hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Ada banyak hadits ihwal tetangga yang telah disabdakan Rasulullah. Salah satunya yakni hadits yang diriwayatkan Bukhari-Muslim di atas. Di situ, Rasulullah jelas dan tegas menyerukan kepada mereka yang mengaku beriman kepada Allah untuk berbuat baik kepada tetangga, bukan malah memusuhinya.

Manusia yakni makhluk sosial. Ia tidak mampu hidup sendirian, butuh orang lain dalam menjalani kehidupan ini. Dan tetangga yakni orang yang paling akrab dengan kehidupan kita. Bahkan -karena rumahnya yang akrab dengan rumah kita- tetangga lebih mengetahui segala tingkah polah kita, dibandingkan keluarga sendiri yang tinggal berjauhan.

Tetangga memiliki kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Mereka harus disayangi dan diperlakukan dengan baik. Dalam hadits Rasulullah yang lain disebutkan bahwa seorang dianggap Muslim manakala mereka berbuat baik kepada tetangganya. Akan tetapi, tidak semua orang memiliki korelasi yang harmonis dengan tetangganya. Tidak sedikit dari mereka yang musuh-musuhan dengan tetangganya alasannya yakni suatu persoalan.

Dalam hal memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga, Rasulullah telah memperlihatkan teladan yang baik kepada kita. Dikisahkan, suatu saat pada dikala Abu Hurairah kelaparan Rasulullah lewat di depannya. Kemudian Rasulullah meminta Abu Hurairah untuk mengikutinya. Sesampai di suatu tempat, Abu Hurairah  mendapati ada susu setempayan. 

Rupanya impian Abu Hurairah meleset. Rasulullah tidak eksklusif memintanya untuk meminum susu. Malah Rasulullah menyuruh Abu Hurairah untuk memanggil ahli shuffah, tetangga Rasulullah yang sangat miskin, lemah, dan tidak memiliki tempat tinggal. Mereka menjadi tetangga Rasulullah alasannya yakni tinggal di serambi Masjid Nabawi. Sementara rumah Rasulullah menyatu dengan Masjid Nabawi.  

“Pergilah ke ahli shuffah, undang mereka ke sini,” perintah Rasulullah kepada Abu Hurairah, dikutip dari buku Bilik-bilik Cinta Muhammad.

Pada dikala ahli shuffah datang, Rasulullah eksklusif menyuruh mereka untuk meminum susu tersebut. Satu per satu ahli shuffah meminum susu tersebut hingga puas. Setelah semuanya kebagian, Rasulullah menyuruh Abu Hurairah untuk meminum sisa susunya hingga puas. Rasulullah sendiri juga meminum susu sisa ahli shuffah itu. 



Ya, Rasulullah yakni orang yang sangat perhatian dengan tetangganya. Apakah tetangganya sudah makan atau belum. Rasulullah tidak membiarkan dirinya kenyang sendiri sementara tetangganya dalam keadaan kelaparan. Perhatian Rasulullah dalam hal ini juga ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari: “Bukanlah seorang Mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya”.

Apabila mendapat hadiah, Rasulullah memberi sebagian untuk istrinya dan sebagian yang lain untuk tetangganya, ahli shuffah. Sementara jikalau mendapat sedekah, Rasulullah eksklusif memperlihatkan semua kepada tetangganya tanpa mengambilnya sedikitpun. Dikisahkan, suatu saat Fatimah meminta kepingan sedekah dari Rasulullah. Rasulullah menolaknya, meski Fatimah pada dikala itu sangat membutuhkan. Rasulullah lalu memperlihatkan semua harta sedekah itu kepada ahli shuffah.  

Rasulullah juga sangat menjaga ucapan dan perkataan supaya tidak menyakiti tetangganya. Apalagi menggunjing dan membuka aib tetangga di depan khalayak umum. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, Rasulullah menegaskan: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya”.

Lalu, apa yang harus dilakukan apabila tetangga berbuat jahat kepada kita? Dalam hal ini pun Rasulullah sudah memperlihatkan rambu-rambu. Rasulullah menyarankan untuk tetap berbuat baik kepadanya dan bersabar. Dalam hadits riwayat Ahmad, Rasulullah menuturkan bahwa salah satu orang yang dicintai Allah yakni mereka yang tetap bersabar meski tetangganya menyakitinya. 

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kisah Rasulullah Dalam Memperlakukan Tetangga

Salah satu mukjizat Nabi Sulaiman as. ialah bisa berbicara dan memahami bahasa hewan. Dalam beberapa literatur Islam –utamanya Al-Qur’an surah An-Naml, Nabi Sulaiman dikisahkan bisa berinteraksi dengan beberapa binatang menyerupai burung dan semut-. Hewan-hewan tersebut paham apa yang disampaikan Nabi Sulaiman. Begitu pun sebaliknya.

Tapi kemampuan memahami dan berinteraksi dengan binatang tidak hanya dimiliki Nabi Sulaiman saja. Nabi Muhammad saw. juga memiliki kemampuan yang sama. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud sebagaimana yang tertera dalam kitab Syakshiyatu Ar-Rasul, dikisahkan Rasulullah berinteraksi dengan seekor unta.

Diceritakan, suatu hari Rasulullah masuk ke dalam sebuah kebun kurma milik seorang Anshar. Di kebun tersebut, didapati ada seekor unta yang tengah menangis mengeluarkan air mata dikala melihat Rasulullah. Penasaran dengan hal itu, Rasulullah kemudian mendekati unta tersebut. Setelah diusap pundaknya, unta tersebut menjadi diam. Pada kesempatan itu, si unta mengadu Rasulullah bahwa ia kelaparan dan kelelahan. 

Kemudian Rasulullah menanyakan siapa pemilik unta tersebut. Setelah diketahui bahwa pemilik unta tersebut ialah si fulan, Rasulullah memerintahkannya untuk merawat dan memeliharanya dengan baik. Jangan hingga membuat binatang peliharaan tidak terurus dengan baik.

Kisah Rasulullah berinteraksi dengan binatang juga tertera dalam sebuah hadits riwayat Ahmad. Dalam hadits tersebut, Rasulullah berhasil ‘menaklukkan’ seekor unta yang terkenal galak dan beringas. 



Dikisahkan, bahwa suatu dikala Rasulullah memasuki sebuah kebun miliki Bani Najjar yang didalamnya ada seekor unta galak. Dari kisah yang beredar, unta tersebut akan menyerang siapapun yang masuk ke dalam kebun. Akan tetapi hal itu tidak terjadi dikala Rasulullah memasuki kebun. Pada dikala Rasulullah memanggilnya, unta tersebut patuh dan tidak menyerang. Bahkan, si unta menjulurkan lidahnya ke tanah hingga menderum di hadapan Rasulullah. Langsung saja Rasulullah memerintahkan kepada pemiliknya untuk mengikatnya. 

“Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun antara langit dan bumi melainkan pasti mengetahui bahwa sesungguhnya aku ialah Rasulullah, kecuali makhluk yang bermaksiat dari jin dan manusia,” kata Rasulullah usai berhasil menjinakkan unta galak tersebut.

Di samping itu, Rasulullah juga memiliki kemampuan luar biasa lainnya menyerupai membelah bulan, mengeluarkan air dari ujung jari-jari, menyembuhkan penyakit, ‘memperbanyak’ makanan, dan lainnya. Meski demikian, Al-Qur’an ialah mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Rasulullah.

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kisah Rasulullah Berbicara Dengan Unta

Tidak ada kawan dan lawan infinit dalam politik, yang ada hanya kepentingan. Begitulah adagium yang berkembang di dalam masyarakat. Apapun dilakukan untuk menyerang lawan politiknya. Entah itu memfitnah, menyebar hoax, ataupun mengaburkan fakta. Asal dirinya dan kelompoknya menang dan dipandang baik oleh masyarakat.   

Baginya, lawan politik selalu salah. Apapun yang dilakukan pasti tidak ada bagusnya. Tidak jarang mereka selalu menafikan keunggulan dan keutamaan lawan politiknya. Bahkan tidak segan-segan membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar.

Pertarungan sengit antar elit politik tidak hanya berlangsung pada hari-hari ini saja. Pada era sahabat Nabi pun juga ada perselisihan politik yang tajam diantara mereka. Salah satunya apa yang terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Keduanya terlibat friksi yang tajam hingga hasilnya terjadilah Perang Shiffin. Perang saudara antar sesama umat Islam. 

Tidak lain, perang tersebut disulut faktor kekuasaan. Pada dikala Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah keempat, banyak gubernur –yang dulunya diangkat Khalifah Utsman- dicopot. Para gubernur yang diganti tersebut tidak terima. Akhirnya mereka membelot dan menguatkan barisan di bawah komando Muawiyah bin Abu Sufyan. 

Keadaan semakin runcing hingga perang saudara menjadi sesuatu yang tidak sanggup dihindarkan. Banyak korban berjatuhan simpulan perang tersebut. Yang lebih menyedihkan, timbul kebencian diantara kedua kubu. Keduanya juga saling menjelekkan dan menganggap yang lainnya jelek.

Namun demikian, terlepas dari segala kontroversinya, kita sanggup belajar dari Muawiyah bin Abu Sufyan perihal bagaimana mengakui keunggulan dan keutamaan lawan politiknya, Ali bin Abi Thalib. Dalam buku Islamic Golden Stories: Tanggung Jawab Pemimpin Muslim, dikisahkan bahwa suatu dikala Muawiyah berusaha menjelek-jelekkan Ali bin Abi Thalib di hadapan Adiy bin Hatim. Perlu diketahui bahwa anak-anak Adiy bin Hatim berada di pihak Ali bin Abi Thalib dan gugur pada dikala Perang Shiffin melawan Muawiyah.

“Sejatinya Abu Hasan (Ali bin Abi Thalib) berlaku tidak adil kepadamu. Ia menempatkan anak-anakmu di barisan depan, sedangkan anak-anaknya (Hasan dan Husein) ditempatkan di barisan belakang” kata Muwaiyah menghasut Adiy bin Hatim agar membenci Ali bin Abi Thalib.



Jawaban Adiy bin Hatim tidak sesuai dengan apa yang diperlukan Muawiyah. Adiy malah menyebut dirinyalah yang tidak adil sebab yakni tidak ikut berperang di barisan Ali. Tidak cukup hingga itu, Adiy juga membeberkan beberapa keunggulan dan keutamaan Ali bin Abi Thalib di hadapan Muawiyah. Disebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib yakni orang yang adil, tegas, berpengetahuan luas, arif, sederhana, menghormati orang yang taat, dan mengasihi yang miskin. Ali bin Abi Thalib juga dinilai sebagai orang yang berpandangan jernih, membenci kehidupan yang berlebihan, dan tanggap terhadap rakyatnya.    

Awalnya Muawiyah berencana untuk menghasut Adiy bin Hatim agar mendengki Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi, sehabis mendengar aneka macam macam testimoni dari Adiy bin Hatim perihal Ali bin Abi Thalib, Muawiyah tidak kuasa untuk menitikkan air mata. Akhirnya, ia membenarkan apa yang disampaikan Adiy bin Hatim tersebut.

“Kiranya Allah mengasihi Abu Hasan (Ali bin Abi Thalib). Dia memang mirip yang engkau kemukakan,” kata Muawiyah dengan isak tangis mengakui keutamaan dan keunggulan Ali bin Thalib.

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kisah Pertarungan Politik Antara Sayyidina Ali Dengan Muawiyah

Sudah tidak asing bagi warga NU, bahwa Gus Dur adalah salah satu penggemar buah durian. Bahkan Ibu Shinta Nuriyah pernah bercerita, “Bapak paling pantangan jikalau dilarang-larang oleh dokter. Pernah suatu kali dokter berpesan untuk tidak makan durian, namun bapak tetap saja makan durian mirip biasanya”. Ada sebuah kisah perihal Gus Dur dengan seorang penjual durian. Kisah ini menjadi salah satu bukti bahwa Gus Dur adalah salah seorang wali. Gus Dur sanggup melihat kesusahan luar biasa yang melanda seseorang yang belum dikenalinya, bahkan baru pertama kali ditemuinya. Dan anehnya lagi seseorang itu belum bercerita apapun ke Gus Dur perihal permasalahan hidup yang melilitnya. Berikut ini ceritanya:

Suatu dikala Gus Dur (masih menjabat Presiden RI) berkunjung ke Kota Malang. Di tengah perjalanan, tiba-tiba ia memerintahkan sopirnya untuk berhenti.

"Kita beli durian dulu!" kata Gus Dur

Akhirnya, rombongan kepresidenan berhenti semua. Setelah membeli beberapa durian, Gus Dur berkata, "Yang di amplop itu berikan ke ibu ini!"

Sang Ajudan mirip tidak percaya dengan apa yang didengar. Sang Ajudan pun mendekati Gus Dur sambil berbisik, "Pak, uang yang di amplop sepuluh juta."

"Iya, kasihkan semua!" kata Gus Dur



Akhirnya, Sang Ajudan pun memperlihatkan amplop itu kepada si penjual durian. Subhanallah, seketika si penjual durian yang notabene adalah seorang ibu yang usianya tidak muda lagi eksklusif bersimpuh di depan Gus Dur.

"Alhamdulillah...Ya Allah. Matur nuwun Pak Gus Dur. Niki wau anak kulo mboten pareng dibeto wangsul saking rumah sakit, menawi mboten saget mbayar sedoso juta. Anak kulo dirawat wonten rumah sakit…"

(Alhamdulillah...Ya Allah, Terima kasih Pak Gus Dur. Baru saja anak saya tidak boleh dibawa pulang dari rumah sakit, bila tidak sanggup membayar biaya sepuluh juta. Anak saya sedang dirawat di rumah sakit…). 

Dikisahkan Oleh: KH. Marzuki Mustamar (Ketua PWNU Jawa Timur)


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kisah Penjual Durian Diberi 10 Juta Oleh Gus Dur

Abdurrahman bin Auf yaitu salah seorang sahabat Nabi yang populer dalam sejarah Islam. Selain dikenal kaya raya, ia juga dermawan. Padahal waktu mula-mula hijrah ke Madinah dari Mekah, dia tidak mempunyai apa-apa. 

Siapa yang tidak terharu melihat Abdurrahman dikala hijrah ke Madinah tahun 622 M. Dia datang tanpa bekal sedikit pun. Kekayaan yang dimilikinya, hanyalah pakaian yang melekat ditubuhnya. Oleh karena itu Rasulullah segera mempersaudarakan Abdurrahman dengan Sa’ad bin Rabi, seorang hartawan di Madinah. 

Ternyata Sa’ad bin Rabi seorang hartawan yang sangat luhur budinya. Dia bersedia menyampaikan modal yang besar kepada Abdurrahman bin Auf. Bahkan, dia menyampaikan perempuan di antara keluarganya untuk dijadikan istri. 

”Terima kasih atas kebaikan Saudara. Semoga Allah membekati harta dan keluargamu,” jawab Abdurrahman sambil menjabat tangan temannya. Lalu katanya lagi, ”Sekarang begini saja, tunjukkanlah padaku, di mana letak pasar, semoga saya berusaha sendiri.” begitu kira-kira balasan Abdurahman atas anjuran itu.  



Tetapi jangan dikira bahwa dia cuma sibuk cari uang saja. Di samping giat berdagang, Abdurrahman juga sibuk mengajar. Bahkan di medan perang pun tergolong perwira yang berani. Oleh karena itu, dia termasuk kelompok al-asymh, yaitu: ”sepuluh orang termasyhur”. Di bidang pemerintahan, termasuk kelompok yang paling sering diajak berunding bahwasanya Rasulullah. 

Hasil usahanya di pasar, ia kemudian menjadi salah seorang sahabat Nabi yang kaya raya. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dia tidak pelit. Abdurrahman bin Auf menyumbangkan setengah dari kekayaannya. Nah, berapa jumlah sumbangannya? Uang 60.000 dinar, 500 ekor kuda dan 500 ekor unta, dan ”uang saku” sebanyak 400 dinar untuk tiap prajurit. Bukan main!

Itulah Abdurrahman bin Auf, seorang hartawan yang memulai usahanya dengan modal nol. Dia lahir tahun 581 M dan wafat tahun 652 M (tepatnya tahun 30 H) dalam usia 72 tahun.

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kisah Pengusaha Sukses Yang Dermawan Pada Era Nabi

Setelah menerima tekanan yang begitu hebat dari kafir Quraisy Mekah, kesannya Rasulullah dan para pengikutnya menerima perintah untuk berhijrah (bermigrasi) ke Madinah. Sebuah perpindahan yang tidak biasa. Bukan hanya untuk menghindari ancaman dan penindasan kafir Quraisy Mekah, tapi juga sebagai upaya untuk menyelamatkan dan membuatkan agama Islam.

Akan tetapi, perjalanan Rasulullah dari Mekah ke Madinah sangat berat. Nyawa taruhannya. Para musuh terus memburu bahkan hingga Rasulullah meninggalkan Mekah. Untuk itu, banyak sekali upaya dilakukan untuk ‘mengelabuhi’ pihak musuh. Salah satunya menghapus jejak kaki Rasulullah dikala tengah berhijrah ke Madinah. Maklum, orang Arab padang pasir sangat berilmu dan hebat mencari jejak-jejak kaki di gurun pasir.

Adalah Amir bin Fuhayra yang ditugaskan untuk menghapus jejak kaki Rasulullah dan Abu Bakar as-Siddiq. Dulunya, dia adalah seorang penggembala. Lalu dibeli Abu Bakar sebagai budak dan disuruh menggembala domba-dombanya. Nantinya, Abu Bakar memerdekakannya dari statusnya sebagai budak. Hingga kesannya ia menjadi salah satu sahabat Rasulullah.

Seperti dikutip buku Muhammad: Kisah Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Amir bin Fuhayra diperintahkan Abu Bakar untuk mengikuti perjalanan mereka. Sambil menggembala kambing, Amir bin Fuhayra menghapus jejak kaki Rasulullah, Abu Bakar, serta Abdullah bin Abu Bakar dan hewan tunggangannya dari mulai rumah Abu Bakar hingga Gua Tsur. 

Sesampainya di Gua Tsur, Abu Bakar menyuruh anaknya, Abdullah, untuk kembali ke Mekah, bersama dengan Amir bin Fuhayra. Ia ditugaskan untuk menghimpun informasi perihal apa rencana dan seni manajemen kafir Quraisy sesudah mengetahui bahwa Rasulullah telah meninggalkan Mekah. 



Selama Abdullah mencari informasi terkait pihak musuh, Amir bin Fuhayra kembali bertugas menggembala domba-domba Abu Bakar bersama dengan teman-temannya yang lain. Keesokan harinya, sesudah menerima informasi yang valid, Abdullah dan Amir bin Fuhayra berangkat ke Gua Tsur, daerah dimana Rasulullah dan ayahnya tinggal sementara. Lagi-lagi, Amir bin Fuhayra ditugaskan untuk menutupi jejak Abdullah. 

Kepada Rasulullah dan ayahnya, Abdullah melaporkan bahwa kafir Quraisy membuat sayembara. Siapapun yang berhasil menemukan dan membawa Rasulullah kembali ke Mekah, maka ia akan menerima hadiah 100 ekor unta. Berkat Allah, Rasulullah dan Abu Bakar selamat dari kejaran pihak musuh.

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kisah Penggembala Yang Menyelamatkan Nyawa Nabi

Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi

                                                                                                                                                                         Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi

Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi- Xiaomi telah merilis Browser Mint di Google Play Store. Sangat ringan versi dari browser yang tiba built-in untuk MIUI, Mint Browser tersedia untuk instal semua perangkat Android yang menjalankan Android 4.4 keatas.

Mint Browser yakni salah satu browser web terbaik untuk perangkat Android. Kecepatan yang tinggi, privasi, dan keamanan yang terjamin, semuanya dalam satu paket mini. Dengan ukuran hanya 10MB, dikala pengalaman pengguna menjadi prioritas utama Anda, Mint Browser yakni penyelamat hidup Anda.

Baca Juga : Harga dan Spesifikasi Xiaomi Mi Play Lengkap dan Terbaru.

Karena sifatnya yang ringan, tidak terlalu kaya fitur tetapi sanggup melaksanakan semua hal dasar, termasuk mempunyai mode penyamaran. Ada juga modus penyimpanan data asalkan gambar sedikit dikompres untuk mengurangi penggunaan data. Tidak ada-Pemblokir iklan, namun, fitur terkenal antara peramban seluler hari ini. Pilihan Anda dari mesin pencari juga dibatasi ke default Yahoo (yang dengan sendirinya memakai Bing) dan Google. Jika Anda ingin memakai sesuatu ibarat DuckDuckGo maka Anda akan mempunyai sebagai default halaman awal Anda.

Mint Browser mempunyai modus malam, fitur yang ditemukan pada MIUI browser. Ternyata halaman web gelap, menciptakan mereka lebih gampang pada mata di malam hari. Sebagian besar, meskipun beberapa situs atau elemen situs mungkin tidak bekerja yang baik. Juga, bahkan ketika itu berhasil pertama beban situs dalam warna orisinil dan hanya berubah gelap ketika itu final loading, yang berarti Anda akan tetap mendapat berkelebat oleh layar cerah, putih kalau Anda terus menavigasi.

Hal yang baik perihal browser ini yakni bahwa tidak ada iklan yang mengganggu, pemberitahuan, menjengkelkan dipromosikan konten, dan mulai sebuah layar penuh lusinan sesudah puluhan bookmarked situs yang dipromosikan (belum) yang kini wabah MIUI browser.

Fitur utama :
  • Ukuran: Ruang penyimpanan yang diharapkan tidak banyak dan dengan kecepatan yang tinggi, online terasa lebih cepat daripada sebelumnya.
  • Desain: Desain yang simpel, Anda sanggup dengan gampang menemukan apa yang Anda butuhkan.
  • Pencarian suara: Multitask tanpa perlu turun tangan sendiri.
  • Beragam fitur: Mode Penyamaran (Incognito), mode Baca, pilihan irit data seluler, dll.

Mint Browser Aplikasi Internet Gres Dan Tercepat Dari Xiaomi

Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi

                                                                                                                                                                         Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi

Mint Browser Aplikasi Internet Baru dan Tercepat dari Xiaomi- Xiaomi telah merilis Browser Mint di Google Play Store. Sangat ringan versi dari browser yang tiba built-in untuk MIUI, Mint Browser tersedia untuk instal semua perangkat Android yang menjalankan Android 4.4 keatas.

Mint Browser yakni salah satu browser web terbaik untuk perangkat Android. Kecepatan yang tinggi, privasi, dan keamanan yang terjamin, semuanya dalam satu paket mini. Dengan ukuran hanya 10MB, dikala pengalaman pengguna menjadi prioritas utama Anda, Mint Browser yakni penyelamat hidup Anda.

Baca Juga : Harga dan Spesifikasi Xiaomi Mi Play Lengkap dan Terbaru.

Karena sifatnya yang ringan, tidak terlalu kaya fitur tetapi sanggup melaksanakan semua hal dasar, termasuk mempunyai mode penyamaran. Ada juga modus penyimpanan data asalkan gambar sedikit dikompres untuk mengurangi penggunaan data. Tidak ada-Pemblokir iklan, namun, fitur terkenal antara peramban seluler hari ini. Pilihan Anda dari mesin pencari juga dibatasi ke default Yahoo (yang dengan sendirinya memakai Bing) dan Google. Jika Anda ingin memakai sesuatu ibarat DuckDuckGo maka Anda akan mempunyai sebagai default halaman awal Anda.

Mint Browser mempunyai modus malam, fitur yang ditemukan pada MIUI browser. Ternyata halaman web gelap, menciptakan mereka lebih gampang pada mata di malam hari. Sebagian besar, meskipun beberapa situs atau elemen situs mungkin tidak bekerja yang baik. Juga, bahkan ketika itu berhasil pertama beban situs dalam warna orisinil dan hanya berubah gelap ketika itu final loading, yang berarti Anda akan tetap mendapat berkelebat oleh layar cerah, putih kalau Anda terus menavigasi.

Hal yang baik perihal browser ini yakni bahwa tidak ada iklan yang mengganggu, pemberitahuan, menjengkelkan dipromosikan konten, dan mulai sebuah layar penuh lusinan sesudah puluhan bookmarked situs yang dipromosikan (belum) yang kini wabah MIUI browser.

Fitur utama :
  • Ukuran: Ruang penyimpanan yang diharapkan tidak banyak dan dengan kecepatan yang tinggi, online terasa lebih cepat daripada sebelumnya.
  • Desain: Desain yang simpel, Anda sanggup dengan gampang menemukan apa yang Anda butuhkan.
  • Pencarian suara: Multitask tanpa perlu turun tangan sendiri.
  • Beragam fitur: Mode Penyamaran (Incognito), mode Baca, pilihan irit data seluler, dll.

Mint Browser Aplikasi Internet Gres Dan Tercepat Dari Xiaomi