Halaman

    Social Items

loading...
loading...
Showing posts with label Kumpulan Hadits. Show all posts
Showing posts with label Kumpulan Hadits. Show all posts
Dalil yang memerintahkan dan menganjurkan untuk bershalawat atas Nabi saw. dan fadlilah-fadlilahnya yakni sebagai berikut:

“Tidak sempurna keyakinan seseorang di antara kamu sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada ia menyayangi anaknya, orang tuanya, dan insan semuanya.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Anas ra.)

“Ajarkanlah kepada anak-anakmu mengenai tiga hal; Cinta kepada nabimu, cinta kepada andal baitnya, dan membaca Al-Qur'an. Karena sebenarnya orang yang menghafal Al-Qur'an kelak di hari final zaman dalam naungan rahmat Allah, di mana pada hari itu sama sekali tiada naungan melainkan naungan-Nya bersama para nabi dan pilihan-Nya.” (HR. Abu Nashr Asy-Syairazi, Ad-Dailami, dan Ibnu Najjar dari Ali ra.)

“Tidak sempurna keyakinan seseorang di antara kamu sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada dirinya, ahliku lebih dicintai olehnya daripada ahlinya, anak cucuku lebih dicintai olehnya daripada anak cucunya, dan keturunanku lebih dicintai olehnya daripada keturunannya”. (HR. Thabrani dan Baihaqi dari Abdurrahman bin Abi Laila dari ayahnya ra.)

“Amma ba‘du, ingatlah wahai manusia, tolong-menolong saya yakni seorang manusia, yang akan tiba kepadaku seorang utusan Tuhanku, maka saya terima. Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang pertama kitabullah, di dalamnya berisi petunjuk dan cahaya, barang siapa yang berpegang teguh kepadanya, maka ia memperoleh petunjuk dan siapa yang menyalahinya, maka ia tersesat. Maka ambillah kitab Allah Ta‘ala dan berpegang teguhlah kepadanya. Dan andal baitku, yang saya ingatkan kalian kepada Allah dengan andal baitku, saya ingatkan kalian kepada Allah pada andal baitku.” (HR. Ahmad, Abdu bin Hamid, dan Muslim dari Zaid bin Arqam ra.)

“Setiap doa itu terhalang, sampai bershalawat atas Nabi saw.” (HR. Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus dari Anas ra. dan diriwayatkan pula oleh Al-Baihaqi dari Ali ra. dengan mauquf).

“Bahwasanya paling utamanya insan (orang yang terdekat) dengan saya pada hari final zaman yakni mereka yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. An-Nasa'i dan Ibnu Hibban dari Ibnu Mas‘ud)

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali, dan Allah menghapus sepuluh kesalahan serta mengangkat sepuluh derajat kepadanya.” (HR. Ahmad, Nasa'i, dan Al-Hakim dari Anas ra.)

“Tiada seorang yang mengucapkan salam kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan ruhku sampai saya menjawab salamnya.” (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah ra.)

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku pada waktu pagi sepuluh kali dan sore sepuluh kali, maka ia akan memperoleh syafaatku pada hari kiamat.” (HR. Thabrani dari Abu Darda' ra.)

“Barangsiapa bershalawat kepadaku sehari seratus kali, maka Allah mendatangkan baginya seratus hajat; tujuh puluh untuk akhiratnya dan tiga puluh untuk dunianya.” (HR. Ibnu Najjar dari Jabir ra.)

“Barangsiapa bershalawat kepadaku dalam sehari seribu kali, maka ia tidak akan mati sehingga ia diberi kabar gembira dengan surga.” (HR. Abusy Syaikh dari Anas ra.)

“Bershalawatlah kalian atas para nabi Allah dan utusan-Nya sebagaimana kalian bershalawat kepadaku, karena mereka itu diutus sama sebagaimana saya diutus.” (HR. Ahmad dan Al-Khatib dari Abu Hurairah ra.)

“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku setiap hari Jum‘at, karena shalawat umatku dipintakan kepadaku setiap hari Jum‘at. Barangsiapa yang paling banyak shalawatnya kepadaku, maka ia orang yang terdekat kepadaku tingkatannya. (HR. Al-Baihaqi dari Abu Umamah ra.)

“Barangsiapa bershalawat kepadaku pada hari Jum‘at seratus kali, maka ia tiba pada hari final zaman dengan cahaya, seandainya dibagi antara semua makhluk, maka cahaya itu akan memenuhinya. (HR. Abu Nu‘aim dalam Al-Hilyah dari Ali bin Husain dari ayahnya dari kakeknya ra.)

“Di mana saja kamu berada, maka bershalawatlah kepadaku, karena shalawatmu itu akan sampai kepadaku.” (HR. Ath-Thabrani dari Al-Husain bin Ali ra.)

“Kehidupanku lebih baik bagimu, kalian diceritakan dan ia diceritakan kepadamu. Jika saya mati, maka kematianku lebih baik bagimu yang dipintakan kepadaku amal-amalmu, kalau saya melihatnya baik, maka saya memuji kepada Allah, kalau saya melihatnya buruk, maka saya memohonkan ampun bagimu.” (HR. Ibnu Sa‘ad dari Bakar bin Abdillah ra.)

“Barangsiapa bershalawat kepadaku di sisi kuburku, maka saya mendengarnya, siapa bershalawat kepadaku dari jauh, maka shalawat itu diserahkan oleh malaikat yang memperlihatkan kepadaku, dan ia dicukupi urusan dunia dan akhiratnya, sedang saya sebagai saksi dan pembela baginya.” (HR. Al-Baihaqi dan Al-Khatib dari Abu Hurairah ra.)

“Barangsiapa bershalawat kepadaku pada hari Jum‘at dua ratus shalawat, maka diampuni baginya dosa dua ratus tahun.” (HR. Ad-Dailami dari Abu Dzar ra.)

“Janganlah kamu jadikan saya ibarat wadah (mangkuk) orang yang menunggang, ia jadikan airnya dalam mangkuknya. Jika membutuhkannya, maka ia meminumnya dan kalau tidak, maka ia menuangkannya. Hendaklah kamu jadikan saya di permulaan ucapanmu, di tengah dan di akhirnya”. (HR. Ibnu Najjar dari Ibnu Mas‘ud). Dan dalam suatu riwayat, “Jadikanlah saya di permulaan doa, di tengah dan di final doa.”

“Bershalawatlah kamu semua kepadaku, dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa. Bacalah; Allaahumma Shalli ‘Alaa Muhammadin Wa ‘Alaa Aali Muhammadin Kamaa Shallaita ‘Alaa Ibraahiima Wa Aali Ibraahiima Innaka Hamiidun Majiidun Allaahumma Baarik ‘Alaa Muhammadin Wa Alaa Aali Muhammadin Kamaa Baarakta ‘Alaa Ibraahiima Wa Aali Ibraahiima Innaka Hamiidun Majiidun. Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan rahmat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Engkaulah Maha Terpuji dan Dipuji. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan keberkahan atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim, bahwa Engkaulah Maha Dipuji dan Terpuji.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa'i dari Ka‘ab bin Ajarah ra.)



“Barangsiapa berziarah ke kuburku, maka baginya wajib mendapat syafaatku. (HR. Ibnu Adi dan Al-Baihaqi dari Ibnu Umar ra.)

“Barangsiapa yang ketika mendengar panggilan adzan membaca: Allaahumma Rabba Haadzihid-Da’waatit-Taam-Mati Wash-Shalaatil-Qaa'imati Aati Muhammadanil-Wasiilata Wal-Fadliilata Wab’atshu Maqaaman Mahmuudanil-Ladzii Wa’adtahu. Artinya: Ya Allah, Pemilik ajakan yang sempurna ini, dan shalat yang didirikan, berilah kepada Nabi Muhammad saw. wasilah dan keutamaan, dan tempatkanlah ia pada suatu kedudukan yang mulia yang telah Engkau janjikan. Maka  ia pasti memperoleh syafaatku pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Jabir ra.)

Siapa ingin menakar dengan takaran yang sempurna ketika bershalawat atas kami kepada andal bait, maka bacalah: Allaahumma Shalli ‘Alaa Muhammadinin-Nabiyyi Wa Azwaajihii Ummahaatil-Mu'miniina Wa Dzurriyyatihii Wa Ahli Baitihii Kamaa Shallaita ‘Alaa Ibraahiima Innaka Hamiidun Majiidun. Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan istri ia sebagai ibu orang-orang mukmin, keturunan dan andal baitnya sebagaimana Engkau melimpahkan rahmat kepada Ibrahim, sebenarnya Engkaulah yang Maha Terpuji dan Maha Mulia.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i dari Abu Hurairah ra.)

Diriwayatkan dari Ubay bin Ka‘ab ra. berkata: Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, sebenarnya saya memperbanyak shalawat kepadamu, maka berapakah saya jadikan shalawatku untukmu?” Nabi bersabda, “Sekehendakmu”. Saya berkata, “Seperempat!”. Beliau bersabda, “Apa yang kamu sukai, dan kalau kamu tambah. maka itu yang lebih baik bagimu”. Saya berkata, “Apakah sepertiga?”. Beliau bersabda, “Apa yang kamu sukai, kalau kamu tambah maka itu yang lebih baik bagimu.” Saya berkata, “Separo!”. Sabda Nabi, “Apa yang kamu kehendaki, dan kalau kamu tambah maka itu yang lebih baik bagimu.” Saya bertanya, “Apakah saya jadikan semua shalawatku untuk engkau?” Nabi bersabda, “Jika demikian, maka dicukupilah keinginanmu dan diampunilah dosamu.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al-Hakim)

“Bila seorang muslim tidak mempunyai sedekah, maka ucapkan dalam doanya: Allaahumma Shalli ‘Alaa Muhammadin ‘Abdika Wa Rasuulika Wa Shalli ‘Alal-Mu'miniina Wal-Mu'minaati Wal-Muslimiina Wal-Muslimaati. Artinya:  Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad hamba dan utusan-Mu, dan limpahkanlah rahmat atas orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, orang-orang Islam laki-laki dan perempuan. Maka hal itu baginya merupakan zakat.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dari Abu Said ra.)

Demikianlah di antara dalil-dalil hadits Nabi saw. berkenaan dengan perintah dan anjuran bershalawat atas Nabi saw. dan fadlilah-fadlilahnya. Hadits-hadits tersebut jelas menyatakan bahwa dengan memperbanyak membaca shalawat atas Nabi saw., maka akan memperoleh fadlilah-fadlilah yang besar, ibarat memperoleh pahala, syafaat, maghfirah (ampunan), dilapangkan rezekinya, dihilangkan kesusahannya, dikabulkan cita-citanya, didatangkan hajatnya, dan lain sebagainya, sehingga sangat perlu kita mengamalkannya secara rutin, karena kita pasti akan memperoleh fadlilah-fadlilah yang besar dan faedah yang banyak.

Wallahu A’lam


Oleh: Saifur Ashaqi
Sumber: Buku Kumpulan Shalawat dan Khasiatnya karya KH.M. Ali Chasan Umar

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kumpulan Hadits Wacana Perintah Membaca Shalawat

Sayyidina Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai seorang sahabat yang cerdas. Ia kerap kali menjadi referensi jikalau para sahabat mendapati persoalan. Kecerdasannya tidak diragukan lagi manakala Rasulullah menawarkan testimoni eksklusif wacana hal itu. Kata Rasulullah, dirinya yaitu gudangya ilmu, sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib yaitu kunci atau pintunya ilmu. 

Sayyidina Ali bin Abi Thalib masuk Islam saat usianya sepuluh tahun. Hal itu menjadikannya sebagai orang yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan anak-anak. Selain menjadi umat Rasulullah di masa-masa awal usaha Islam, Sayyidina Ali bin Abi Thalib yaitu sepupu Rasulullah. Kondisi itu menimbulkan Sayyidina Ali sering bersama dan berinteraksi dengan Rasulullah. Bahkan saat Rasulullah hendak dikepung dan hendak dibunuh oleh para elit kaum musyrik Makkah, Sayyidina Ali lah yang menggantikan posisi Rasulullah di dalam rumahnya.  

Hal ini menjadi ‘keuntungan’ tersendiri bagi Sayyidina Ali. Dekat dengan Rasulullah menciptakan Sayyidina Ali mendapat banyak informasi, terutama yang berkaitan dengan risalah kenabian. Maka tidak heran jikalau ada sahabat yang bertanya kepada Sayyidina Ali wacana suatu hal. 

Hingga ada salah seorang sahabat yang ‘penasaran’ dengan Sayyidina Ali. Maksudnya, sahabat tersebut ingin tau kalau-kalau ada pesan dari Rasulullah yang hanya diperuntukkan atau dikhususkan untuk Sayyidina Ali.

“Wahai Amirul Mukminin! Pesan Rasulullah saw. apakah yang hanya dirahasiakan dan dikhususkan kepadanya?” tanya sahabat tersebut.

Sayyidina Ali menjawab kalau tidak ada pesan khusus untuknya dari Rasulullah, sebagaimana yang ditanyakan sahabat tersebut. Namun kata Sayyidina Ali, Rasulullah memberitahukan kepadanya wacana empat orang yang dilaknat Allah, sebagaimana hadits Riwayat Muslim dari Abu Thufail Amir bin Watsilah:

Pertama, Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda bahwa ridha Allah itu ada pada ridha orang renta dan marah Allah itu juga ada pada marah orang tua.

Dalam hadits lain, riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash, Rasulullah menyebut kalau melaknat kedua orang renta termasuk dari dosa-dosa paling besar. 



Kedua, Allah melaknat orang yang menyembelih binatang dengan menyebut nama selain Allah. Selain menciptakan Allah melaknat, menyembelih binatang dengan tidak menyebut nama Allah menciptakan binatang tersebut menjadi haram dikonsumsi. 

Ketiga, Allah melaknat orang yang melindungi pendusta. Allah juga akan marah kepada seseorang yang melindungi pelaku kriminal, pencuri, dan pendusta. 

Keempat, Allah melaknat orang-orang yang mengubah batas tanah. Selain dilaknat, orang-orang yang mengambil tanah orang lain secara zalim juga akan mendapat siksaan yang pedih di alam abadi kelak. Sesuai hadits Rasulullah, jenis orang keempat ini akan disiksa dengan dikalungkan padanya tujuh lapis bumi tanggapan mengubah batas tanah atau mengambil tanah orang lain secara zalim.

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Empat Orang Yang Dilaknat Allah Berdasarkan Rasulullah

Dari Anas ra., ia berkata; Nabi saw. ialah orang yang paling baik, paling berani dan paling dermawan. Sungguh, pernah terjadi gempa bumi menimpa penduduk Madinah dan Nabi saw. orang yang mendahului mereka (mencari sumber gempa) dengan menunggang kuda, lalu beliau bersabda: "Kami temui (gempa itu) hanyalah lautan". (HR. Bukhari)

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata; Pernah terjadi gempa bumi menimpa penduduk Madinah, lalu Nabi saw. meminjam kuda kami yang dinamakan Mandub, lalu beliau bersabda: "Kami tidak menerima gempa itu, namun yang kami temui hanyalah lautan". (HR. Bukhari)

Dari Qatadah, saya mendengar Anas bin Malik ra. berkata; Pernah terjadi gempa bumi di Madinah, lalu Nabi saw. meminjam kuda milik Abu Thalhah yang dinamakan Mandub lalu mengendarainya, lalu (setelah kembali), Beliau bersabda: "Kami tidak menerima gempa itu, namun yang kami temui hanyalah lautan". (HR. Bukhari)

Dari Anas bin Malik ra., bahwa penduduk Madinah pernah mengalami gempa bumi sesekali, lalu Nabi saw. menunggang kuda milik Abu Thalhah yang jalannya lamban. Maka, tatkala kembali beliau bersabda: "Kami dapatkan kuda kalian ini sangat cepat. Setelah itu kuda tersebut tidak lagi mampu dikalahkan larinya". (HR. Bukhari)

Dari Anas ra., ia berkata; Nabi saw. ialah manusia yang paling baik dan paling berani. Pernah suatu hari penduduk Madinah mengalami gempa bumi di malam hari, lalu mereka keluar mencari sumber gempa. Maka Nabi saw. mendahului mereka dan ketika kepanikan sudah hilang, beliau kembali dengan menunggang kuda milik Abu Thalhah yang tidak berpelana sedang di lehernya tergantung sebilah pedang dan beliau bersabda: "Janganlah kalian takut, janganlah kalian takut". (HR. Bukhari)

Masjid roboh simpulan gempa bumi


Dari Abdullah, ia berkata; telah terjadi gempa bumi pada masa Abdullah dan kejadian tersebut diberitahukan, lalu para sobat berkata: “Kami para sobat menganggap tanda-tanda (kebesaran Allah swt.) sebagai suatu keberkahan, sementara kalian menganggapnya sebagai hal yang menakutkan. Pernah ketika kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam sebuah perjalanan, tiba-tiba waktu shalat tiba, sementara kami tidak membawa air kecuali sedikit. Lalu Rasulullah saw. meminta air di ember yang besar, dan beliau meletakkan telapak tangannya padanya. Secara mengejutkan air memancar diantara jari-jemarinya lalu beliau menyeru: "Wahai para sahabat, kemarilah untuk mengambil air wudhu dan keberkahan dari Allah swt." Maka orang-orang mengambil wudhu, sementara saya tidak mempunyai keinginan apa-apa, kecuali saya hanya ingin meminumnya dan memasukkan air tersebut ke dalam perut saya, alasannya yaitu beliau bersabda: “Keberkahan dari Allah”. (HR. Ahmad)

Wallahu A’lam


Sumber: Lidwa Pustaka

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Hadits Ihwal Gempa Bumi Pada Abad Nabi

Nabi saw. bersabda: "Tidak akan terjadi hari simpulan zaman kecuali sehabis hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa bumi, waktu berjalan dengan cepat, timbul banyak sekali macam fitnah, pembunuhan, dan harta benda melimpah ruah kepada kalian." (HR. Bukhari)

Dari Anas ra., ia berkata; Nabi saw. yaitu orang yang paling baik, paling berani dan paling dermawan. Sungguh, pernah terjadi gempa bumi menimpa penduduk Madinah dan Nabi saw. orang yang mendahului mereka (mencari sumber gempa) dengan menunggang kuda, lalu ia bersabda: "Kami temui (gempa itu) hanyalah lautan". (HR. Bukhari)

Dari Anas bin Malik ra., ia berkata; Pernah terjadi gempa bumi menimpa penduduk Madinah, lalu Nabi saw. meminjam kuda kami yang dinamakan Mandub, lalu ia bersabda: "Kami tidak menerima gempa itu, namun yang kami temui hanyalah lautan". (HR. Bukhari)

Dari Qatadah, saya mendengar Anas bin Malik ra. berkata; Pernah terjadi gempa bumi di Madinah, lalu Nabi saw. meminjam kuda milik Abu Thalhah yang dinamakan Mandub lalu mengendarainya, lalu (setelah kembali), Beliau bersabda: "Kami tidak menerima gempa itu, namun yang kami temui hanyalah lautan". (HR. Bukhari)

Dari Anas bin Malik ra., bahwa penduduk Madinah pernah mengalami gempa bumi sesekali, lalu Nabi saw. menunggang kuda milik Abu Thalhah yang jalannya lamban. Maka, tatkala kembali ia bersabda: "Kami dapatkan kuda kalian ini sangat cepat. Setelah itu kuda tersebut tidak lagi sanggup dikalahkan larinya". (HR. Bukhari)

Dari Anas ra., ia berkata; Nabi saw. yaitu manusia yang paling baik dan paling berani. Pernah suatu hari penduduk Madinah mengalami gempa bumi di malam hari, lalu mereka keluar mencari sumber gempa. Maka Nabi saw. mendahului mereka dan dikala kepanikan sudah hilang, ia kembali dengan menunggang kuda milik Abu Thalhah yang tidak berpelana sedang di lehernya tergantung sebilah pedang dan ia bersabda: "Janganlah kalian takut, janganlah kalian takut". (HR. Bukhari)

Rasulullah saw. bersabda: "Umatku yaitu umat yang terhormat, di darul abadi tidak akan menerima siksa, siksa mereka yaitu di dunia; yakni dengan adanya fitnah, gempa bumi dan peperangan." (HR. Abu Dawud)

Ibnu Zughb Al-Iyadi telah menceritakan, ia berkata; Abdullah bin Hawalah Al-Azdi singgah di tempatku, lalu ia berkata kepadaku; Rasulullah saw. mengutus kami untuk menerima rampasan perang dengan berjalan kaki. Kemudian kami tidak menerima sesuatu, dan ia mengetahui kondisi berat pada wajah kami. Kemudian ia bangkit dan berdoa: “Ya Allah, janganlah engkau serahkan mereka kepadaku sehingga saya lemah (tidak kuat) menanggung mereka, dan janganlah Engkau serahkan diri mereka kepada mereka sehingga mereka tidak sanggup menanggung diri mereka. Dan janganlah Engkau serahkan mereka kepada orang-orang sehingga mereka mementingkan diri mereka atas diri mereka". Kemudian ia meletakkan tanganku di atas kepalaku. Lalu ia bersabda: "Wahai anak Hawalah, apabila engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi yang disucikan, maka sungguh telah dekat bencana gempa bumi dan banyak sekali kesedihan serta peristiwa-peristiwa besar. Pada dikala itu, Hari Kiamat lebih dekat kepada orang-orang daripada tanganku ini dari kepalaku." Abu Dawud berkata; Abdullah bin Hawalah yaitu orang Himsh. (HR. Abu Dawud)

Bencana Gempa Bumi


Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Jika harta rampasan perang dimonopoli oleh kelompok tertentu, amanat dijadikan harta rampasan, zakat dijadikan sebagai denda, yang dipelajari selain ilmu agama, seorang suami tunduk kepada istrinya, durhaka kepada ibunya, erat dengan sahabatnya, menjauh dari bapaknya, suara-suara mengeras di masjid-masjid, pemimpin suku yaitu orang yang fasik di antara mereka, pemimpin suatu kaum yaitu orang yang paling hina di antara mereka, seseorang dihormati alasannya ialah yaitu dikhawatirkan kejahatannya, bermunculan para wanita penyanyi (biduan) dan alat alat musik, meminum khamar, dan orang yang terakhir dari umat ini (kaum khalaf) melaknat orang-orang pendahulu (kaum salaf), maka tunggulah dikala itu akan datangnya; angin merah, gempa bumi, longsor, gerhana, fitnah, dan tanda-tanda simpulan zaman yang susul-menyusul mirip susunan perhiasan yang usang yang terputus talinya lalu susul-menyusul". (HR. Tirmidzi)

Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Ya Allah, berkahilah kami di negeri Syam kami, Ya Allah, berkahilah kami di negeri Yaman kami." Mereka (para sahabat) berkata; "Dan di daerah Najd kami?" ia bersabda: "Ya Allah, berkahilah kami di negeri Syam kami, dan berkahilah kami di negeri Yaman kami." Mereka (para sahabat) berkata; "Dan di daerah Najd kami?" ia bersabda: "Di sana akan terjadi gempa bumi dan fitnah-fitnah." Atau ia bersabda: "Darinya akan muncul tanduk setan." (HR. Tirmidzi)

Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya umatku yaitu umat yang dikasihi, tidak ada siksa bagi mereka kelak di akhirat. Siksa mereka hanyalah dikala di dunia berupa pembunuhan, ujian dan gempa bumi". Abu An Nadlr berkata; "Gempa bumi, pembunuhan dan fitnah". (HR. Ahmad)

Dari Dhamrah bin Habib, bahwa Ibnu Zughbi Al-Iyadhi menceritakan kepadanya, ia berkata; Abdullah bin Hawalah Al-Azdi singgah ditempatku, ia berkata kepadaku; Rasulullah saw. mengutus kami ke daerah Madinah dengan berjalan kaki untuk mencari harta rampasan perang. Kami kembali tanpa menerima apa pun. Beliau melihat keletihan di wajah-wajah kami. Beliau bangkit menghampiri kami, lalu bersabda; "Ya Allah! Janganlah Engkau serahkan mereka padaku sampai saya lemah, janganlah mereka Engkau telantarkan sampai mereka lemah, janganlah serahkan mereka pada orang-orang sampai mereka lebih mementingkan diri mereka sendiri." Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda; "Sesungguhnya Syam, Romawi dan Persia akan ditaklukkan untuk kalian sampai salah seorang dari kalian memiliki unta sekian dan sekian, sapi sekian dan sekian, dan kambing sekian dan sekian sampai salah satu diantara mereka diberi seratus dinar lalu ia memarahinya." Beliau meletakkan tangan ia diatas kepalaku lalu bersabda; "Hai Ibnu Hawalah! Bila kamu melihat khilafah turun di tanah suci, maka telah dekatlah gempa bumi, bencana, dan hal-hal besar, dan simpulan zaman dikala itu lebih dekat pada manusia melebihi tanganku ini dari kepalamu". (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dari Abdullah, ia berkata; telah terjadi gempa bumi pada masa Abdullah dan insiden tersebut diberitahukan, lalu para sahabat berkata: “Kami para sahabat menganggap tanda-tanda (kebesaran Allah swt.) sebagai suatu keberkahan, sementara kalian menganggapnya sebagai hal yang menakutkan. Pernah dikala kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam sebuah perjalanan, tiba-tiba waktu shalat tiba, sementara kami tidak membawa air kecuali sedikit. Lalu Rasulullah saw. meminta air di bejana yang besar, dan ia meletakkan telapak tangannya padanya. Secara mengejutkan air memancar diantara jari-jemarinya lalu ia menyeru: "Wahai para sahabat, kemarilah untuk mengambil air wudhu dan keberkahan dari Allah swt." Maka orang-orang mengambil wudhu, sementara saya tidak memiliki impian apa-apa, kecuali saya hanya ingin meminumnya dan memasukkan air tersebut ke dalam perut saya, alasannya ialah yaitu ia bersabda: “Keberkahan dari Allah”. (HR. Ahmad)

Dari Dhamrah bin Habib, ia berkata: Saya mendengar Maslamah As-Sakuni -menurut riwayat Muhammad, Salamah As-Sakuni- ia berkata; Tatkala kami bersama Rasulullah saw., tiba-tiba seseorang berkata; " Wahai Rasulullah saw., apakah engkau diberi masakan dari langit?”. Beliau menjawab: “Ya, saya diberi makanan”. Ia bertanya kembali; "Wahai Nabi Allah, apakah masakan itu masih tersisa?". Beliau menjawab: "Ya". Ia bertanya lagi: “Apa yang diperbuat padanya?”. Beliau menjawab: "Telah diangkat kembali ke langit, dan telah diwahyukan kepada saya, bahwa saya tidak akan usang lagi tinggal bersamamu, lalu kamu akan terus hidup sampai kamu berkata; "Kapan, kapan?” Lalu kamu tiba kepada saya berkelompok-kelompok yang satu sama lain saling menghancurkan, menjelang terjadinya simpulan zaman akan ada kematian yang mengerikan, dan setelahnya datanglah tahun-tahun yang penuh dengan gempa bumi”. (HR. Darimi)

Wallahu A’lam


Sumber: Lidwa Pustaka

Sumber https://romanacinta.blogspot.com/

Kumpulan Hadits Wacana Gempa Bumi