Halaman

    Social Items

loading...
loading...
Rasulullah yaitu Nabi dan utusan terakhir yang ditugaskan Allah untuk mengembangkan risalah langit kepada umat manusia. Beliau lahir di Makkah pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal, bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 580 M. Meski lahir dan besar di tanah Arab, namun anutan dan risalah Rasulullah bukan hanya untuk bangsa Arab saja tetapi juga untuk seluruh umat manusia, bahkan bangsa jin. Demikianlah, anutan yang dibawa Rasulullah melintasi zaman dan geografi, terus berkembang sampai kini.  

Lalu yang kerap kali menjadi pertanyaan yaitu mengapa Rasulullah berasal dari bangsa Arab, Makkah tepatnya? Mengapa Rasulullah tidak lahir dari bangsa Romawi, Persia, ataupun India yang pada ketika itu merupakan peradaban terbesar dan maju? 

Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018), seorang ulama besar Mesir Syekh Mutawalli as-Sya’rawi mengemukakan kalau bangsa Arab dulu mempunyai semangat menjelajah atau hidup perpindah-pindah (nomaden) dan bahagia berperang. Dengan abjad menyerupai itu, mereka dinilai selalu siap untuk mengembangkan risalah kenabian ke seluruh penjuru. Meski jiwa dan darah yang menjadi taruhannya. Itulah kenapa Alah menentukan rasul dari bangsa Aarab.

“Kalau Allah menghendaki sesuatu, Dia mempersiapkan sebab-sebab-Nya,” kata Syekh Mutawalli as-Sya’rawi.

Sementara berdasarkan ulama masyhur asal India Abu Hasan an-Nadwi menjelaskan kalau Rasulullah dipilih Allah dari bangsa Arab lantaran “alasan-alasan tertentu”. Menurut an-Nadwi, masyarakat Arab pada ketika itu mempunyai jiwa yang relatif higienis dan belum ternodai dengan ide-ide jelek yang tertancap sehingga susah dihapus. Di samping itu, tidak ada keangkuhan dan kesombongan di hati masyarakat Arab. Hati mereka hanya tertutup oleh keluguan dan kebodohan. Kebodohan yang sederhana, bukan berganda sehingga gampang dihapus.

Masyarakat Arab pada waktu itu juga mempunyai kemauan yang kuat, tegas, hitam-putih. Dalam artian, mereka akan keukeuh memerangi Islam manakala kebenaran Islam tidak dipahaminya. Namun, jikalau kebenaran Islam sudah merasuk ke dalam hati dan jiwanya maka mereka akan membelanya dengan sepenuh hati, raga, dan harta, bahkan nyawa.



Tidak hanya itu, dalam sejarahnya masyarakat Arab tidak pernah dijajah imperium asing. Mereka juga tidak rela diperbudak. Keadaan menyerupai itu menyebabkan mereka bertumbuh menjadi masyarakat yang egaliter, merdeka, dan cinta alam. Plus masyarakat Arab mempunyai tabiat yang tegas, berani, berterus terang, dan tidak suka menipu diri sendiri, apalagi orang lain. Watak dan abjad masyarakat Arab yang menyerupai itulah yang menciptakan Allah menentukan utusan-Nya dari bangsa Arab. 

Abu Hasan an-Nadwi juga menyinggung kenapa Rasulullah tidak berasal dari bangsa Romawi, Persia, ataupun India yang notabenenya peradaban besar pada ketika itu. Kata an-Nadwi, masyarakat India pada ketika itu yaitu masyarakat yang sombong dengan pengetahuan, peradaban, filsafat, dan budayanya. Hal itu menciptakan jiwa dan pikiran mereka menjadi kompleks sehingga susah dihapus dan dimasuki dengan ‘ajaran baru’. Begitu pun dengan masyarakat Romawi dan Persia. Jiwa mereka sudah ‘ternodai’ dengan ‘ide-ide buruk’ yang susah dihapus. 

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

Mengapa Allah Membuat Rasulullah Dari Bangsa Arab?

TUKANG SHARE
Rasulullah yaitu Nabi dan utusan terakhir yang ditugaskan Allah untuk mengembangkan risalah langit kepada umat manusia. Beliau lahir di Makkah pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal, bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 580 M. Meski lahir dan besar di tanah Arab, namun anutan dan risalah Rasulullah bukan hanya untuk bangsa Arab saja tetapi juga untuk seluruh umat manusia, bahkan bangsa jin. Demikianlah, anutan yang dibawa Rasulullah melintasi zaman dan geografi, terus berkembang sampai kini.  

Lalu yang kerap kali menjadi pertanyaan yaitu mengapa Rasulullah berasal dari bangsa Arab, Makkah tepatnya? Mengapa Rasulullah tidak lahir dari bangsa Romawi, Persia, ataupun India yang pada ketika itu merupakan peradaban terbesar dan maju? 

Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadis-hadis Shahih (M Quraish Shihab, 2018), seorang ulama besar Mesir Syekh Mutawalli as-Sya’rawi mengemukakan kalau bangsa Arab dulu mempunyai semangat menjelajah atau hidup perpindah-pindah (nomaden) dan bahagia berperang. Dengan abjad menyerupai itu, mereka dinilai selalu siap untuk mengembangkan risalah kenabian ke seluruh penjuru. Meski jiwa dan darah yang menjadi taruhannya. Itulah kenapa Alah menentukan rasul dari bangsa Aarab.

“Kalau Allah menghendaki sesuatu, Dia mempersiapkan sebab-sebab-Nya,” kata Syekh Mutawalli as-Sya’rawi.

Sementara berdasarkan ulama masyhur asal India Abu Hasan an-Nadwi menjelaskan kalau Rasulullah dipilih Allah dari bangsa Arab lantaran “alasan-alasan tertentu”. Menurut an-Nadwi, masyarakat Arab pada ketika itu mempunyai jiwa yang relatif higienis dan belum ternodai dengan ide-ide jelek yang tertancap sehingga susah dihapus. Di samping itu, tidak ada keangkuhan dan kesombongan di hati masyarakat Arab. Hati mereka hanya tertutup oleh keluguan dan kebodohan. Kebodohan yang sederhana, bukan berganda sehingga gampang dihapus.

Masyarakat Arab pada waktu itu juga mempunyai kemauan yang kuat, tegas, hitam-putih. Dalam artian, mereka akan keukeuh memerangi Islam manakala kebenaran Islam tidak dipahaminya. Namun, jikalau kebenaran Islam sudah merasuk ke dalam hati dan jiwanya maka mereka akan membelanya dengan sepenuh hati, raga, dan harta, bahkan nyawa.



Tidak hanya itu, dalam sejarahnya masyarakat Arab tidak pernah dijajah imperium asing. Mereka juga tidak rela diperbudak. Keadaan menyerupai itu menyebabkan mereka bertumbuh menjadi masyarakat yang egaliter, merdeka, dan cinta alam. Plus masyarakat Arab mempunyai tabiat yang tegas, berani, berterus terang, dan tidak suka menipu diri sendiri, apalagi orang lain. Watak dan abjad masyarakat Arab yang menyerupai itulah yang menciptakan Allah menentukan utusan-Nya dari bangsa Arab. 

Abu Hasan an-Nadwi juga menyinggung kenapa Rasulullah tidak berasal dari bangsa Romawi, Persia, ataupun India yang notabenenya peradaban besar pada ketika itu. Kata an-Nadwi, masyarakat India pada ketika itu yaitu masyarakat yang sombong dengan pengetahuan, peradaban, filsafat, dan budayanya. Hal itu menciptakan jiwa dan pikiran mereka menjadi kompleks sehingga susah dihapus dan dimasuki dengan ‘ajaran baru’. Begitu pun dengan masyarakat Romawi dan Persia. Jiwa mereka sudah ‘ternodai’ dengan ‘ide-ide buruk’ yang susah dihapus. 

Wallahu A’lam


Sumber: Situs PBNU

No comments