Sebagai seorang Muslim tentu kita semua berharap kelak di darul infinit mampu berjumpa dengan Baginda Nabi Muhammad saw. serta menerima syafaatnya di hari kiamat. Nabi Muhammad saw. merupakan suri pola umat Islam di seluruh penjuru dunia. Ketaatannya kepada Allah, akhlaknya yang terpuji, kejujurannya, kecerdasannya, kemanusiaannya yang kinasih, membuat kita harus bersyukur telah ditakdirkan oleh Allah menjadi umat Muhammad saw.
Sudah barang tentu menjadi sebuah harapan kaum Muslimin untuk mampu berjumpa Baginda Nabi Muhammad saw. meski sebatas mimpi sekalipun. Hujjatul Islam, Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali dalam karyanya Mukâsyafatul Qulûb mengisahkan seorang lelaki yang bertemu Rasulullah melalui mimpinya.
Dikisahkan, seorang cowok yang bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw. Dalam mimpinya ia melihat Rasulullah memalingkan muka darinya. Lantas sang cowok bertanya pada Rasulullah, “Wahai Nabi, apakah engkau marah kepadaku?"
“Tidak.” jawab Nabi
“Lantas gerangan apa yang membuat Paduka enggan melihatku?" tanya pemuda
“Maaf, saya tidak mengenalimu,” jawab Nabi Muhammad saw. dengan lembut dan santun.
“Bagaimana engkau tidak mengenaliku sedang saya yaitu umatmu. Para ulama meriwayatkan bahwa engkau lebih mengenal umatmu daripada seorang ibu terhadap anaknya.” sahut pemuda
Rasulullah menjawab, “Mereka benar, tetapi engkau tidak pernah bershalawat kepadaku. Sedang kenalku dengan umatku tergantung pada kadar shalawatnya.”
Seketika terbangunlah lelaki itu. Dan ia berjanji untuk membaca shalawat kepada Nabi setidaknya 100 kali setiap hari. Sampai suatu hari lelaki itu kembali memimpikan Baginda Nabi.
Dalam mimpinya Nabi berkata, “Sekarang saya mengenalmu. Dan kelak saya akan memberikan syafaat kepadamu."
Lelaki tersebut telah menerima buah dari pohon cinta yang ia tanam dalam hatinya serta disirami setiap hari dengan shalawat kepada Nabi.
Kisah di atas mengingatkan kita semua wacana pentingnya bershalawat kepada Baginda Nabi. Sebuah pepatah memberikan tak kenal maka tak sayang. Oleh karenanya, mari kita tanamkan rasa cinta pada Nabi dengan berguru dari sirah (perjalanan hidup) beliau, serta meneladani segala akal pekerti dan sunnahnya. Seraya memohon pada Allah untuk diberikan keistiqamahan dalam bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Allâhumma shalli ‘alâ Sayyidinâ Muhammad.
Wallahu A’lam
Sumber: Situs PBNU
Sumber https://romanacinta.blogspot.com/